Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

ASPEK PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

Aspek produksi dalam pengelolaan usaha meliputi jenis dan kualitas produk dan jasa, pengelolaan persediaan, manajemen dan proses produksi, dan penyimpanan produk.


A. Jenis dan Kualitas Produk Barang dan Jasa

1.  Jenis produk barang dan jasa
Ada dua jenis karakter produk yang dapat dipilih, yaitu barang dan jasa. Kedua produk ini mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Berikut ini penjelasannya.
a. Barang (goods)
Barang merupakan produk tangible (berwujud) yang bisa dilihat dan disentuh untuk ditawarkan kepada calon pelanggan. Berdasarkan tipe konsumen yang menggunakannya, produk barang terbagi menjadi :

1) Produk konsumen (consumer product). Merupakan produk yang dapat langsung dinikmati atau digunakan oleh konsumen. Produk ini terbagi menjadi :
• Produk kebutuhan sehari-hari (convenience product), yaitu produk yang sering dibeli oleh konsumen, mudah diperoleh, dan tidak memerlukan pemikiran panjang untuk membelinya. Contoh : sabun, pasta gigi.
• Produk belanja (shopping pproduct), yaitu produk yang termasuk dalam kebutuhan sekunder, sehingga jarang dibeli karena memerlukan pertimbangan dalam membelinya. Contoh :mobil, perabot rumah tagga
• Produk khusus (speciality product), yaitu produk yang sangat spesifik, untuk membelinya memerlukan pengorbanan yang besar. Contoh : pakaian dari desainer terkenal, mobil dengan merk tertentu.

2) Produk industri (industrial pruduct). Merupakan produk yang dibeli oleh suatu industri untuk diproses lebih lanjut atau untuk digunakan dalam menjalankan suatu bisnis. Kelompok barang industri meliputi :
• Bahan dan suku cadang, meliputi bahan mentah (contoh : kapas, buah-buahan, ikan, kayu) serta bahan suku cadang manufaktur (contoh : ban, cetakan, motor kecil)
• Barang-barang modal, yaitu produk yang membantu proses produksi maupun operasi pembeli, termasuk di dalamnya adalah peralatan instansi (contoh : pabrik, generator, lift) dan aksesoris (contoh : meja, komputer).

b. Jasa (service)
Jasa merupakan produk intangible (tidak berwujud) yang tidak terlihat dan tidak dapat disentuh saat ditawarkan kepada pelanggan. Jasa memiliki empat karakteristik, yaitu :

1) Tak berwujud (intangible), artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, sebelum jasa itu dibeli. Oleh karena itu, untuk mengetahui kualitas dari jasa yang dibeli, konsumen harus mencari informasi maupun factor fisik yang terlihat yang bisa mendukung kualitas dari jasa tersebut. Misalnya ketika seseorang menggunakan jasa maskapai penerbangan, dia harus mengetahui harga, popularitas, serta kelengkapan yang dimiliki, sehingga bisa mengetahui kualitas dari maskapai tersebut.

2) Tak terpisahkan (insparable), artinya jasa tidak bisa dipisahkan hubungan antara produsen dan konsumen. Seorang karyawan hotel termasuk dalam kategori produsen penyedia jasa. Sementara tamu hotel merupakan konsumen dari suatu jasa yang sekaligus bisa berperan serta dalam membantu meningkatkan kualitas dari produsen tersebut.

3) Bervariasi (variable), artinya kualitas jasa berbeda-beda tergantung siapa yang menyediakan jasa, kapan, di mana, dan bagaimana jasa itu disediakan. Misalnya The Sunan Hotel merupakan hotel terbaik di kota Solo, namun ada kemungkinan di antara sekian banyak karyawan di hotel tersebut yang kurang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas.

4) Dapat musnah (perishable), artinya jasa tidak dapat disimpan untuk dijual kemballi di lain waktu. Misalnya adalah kursi yang tidak laku di pesawat terbang tidakbisa dijual pada penerbangan selanjutnya.

Ada tingkatan-tingkatan yang melekat pada suatu produk, yaitu :
a. Core Product – produk utama (manfaat dan fungsi inti)
Tingkatan produk ini dapat langsung dimanfaatkan oleh konsumen dan menjadi alasan mereka membeli produk yang ditawarkan. Contoh : permen menawarkan rasa manis yang dapat langsung dinikmati konsumen.

b. Tangible Product – produk nyata/berwujud
Tingkatan ini melekat pada produk utama dan mendorong konsumen memneli produk. Contoh : kemasan menarik, nama merk terkenal, kemudahan mengkonsumsi, fitur –fitur produk (warna memikat, ringan).

c. Augmented Product – Produk tambahan
Tingkatan produk ini merupakan tambahan, baik itu berupa jasa, pelayanan, keuntungan ata nilai lainnya yang melekat pada suatu produk. Contoh : pengiriman cepat, jaminan kualitas, layanan purna jual, gengsi yang didapat jika membeli produk tersebut.

2. Kualitas Produk
Kualitas merupakan karakteristik produk yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau tersirat. Salah satu cara untuk menguji kualitas produk adalah dengan membandingkannya dengan produk pesaing. Hal-hal yang harus diperbandingkan dan diketahui, diantaranya :
a. Kualitas produk Anda dengan kualitas produk pesaing
b. Harga produk Anda dengan harga produk pesaing
c. Pesaing paling potensial bagi produk anda, yaitu pesaing yang produknya mirip dengan produk Anda
d. Kelemahan produk Anda dibandingkan dengan produkpesaing
e. Pangsa (persentase) pasar produk anda dengan produk lainnya.

B. Pengelolaan Persediaan

Kekurangan atau kelebihan bahan baku juga akan menimbulkan biaya dan akan mempengaruhi proses produksi. Untuk itu, persediaan harus dikelola dan diatur dengan baik. Tujuan pengelolaan persediaan adalah menyediakan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi agar dapat berjalan dengan lancar tanpa terjadi kekurangan atau kelebihan persediaan sehingga biaya persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

Persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku ataupun bahan dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut. Persediaan timbul karena adanya perbedaan antara permintaan konsumen dan penawaran perusahaan sehingga terjadi perbedaan pula pada material yang dibutuhkan.

Ada dua hal yang diperhatikan dalam pengelolaan persediaan :
1. Sistem kualitas (quality system), akan mempengaruhi kualitas dari hasil produksi. Oleh sebab itu perlu dilakukan perencanaan standarisasi kualitas bahan baku pada saat awal pembelian.
2. Jumlah yang dibeli akan berpengaruh pada biaya yang akan timbul karena jumlah pembelian bahan baku yang terlalu besar atau sedikit.

Untuk mengetahui jumlah kebutuhan daar bahan baku, kita perlu mengetahui cara pembelian bahan baku. Ada beberapa cara pembelian bahan baku,antara lain:

1. Pembelian dilakukan secara langsung untuk seluruh kebutuhan bahan baku proses produksi. Pembelian dengan cara seperti ini berarti :
a. Biaya pembelian sangat tinggi
b. Jangka waktu persediaan cukup lama untuk dihasilkan
c. Lebih terjamin dan aman

2. Melakukan pembelian secara berulang-ulang. Dengan cara pembelian ini berarti :
a. Biaya pembelian bisa lebih efisien dan efektif
b. Jangka waktu pembelian lebih terencana
c. Produksi belum tentu terjamin dengan baik, karena bisa terjadi ketidaksesuaian kebutuhan antara rencana pembelian dan kenyataan. Faktor yang bisa mengganggu diantaranya adalah kesalahan manusia, perubahan cuaca yang akan menghambat pengiriman, dan keterlambatan pengiriman dari pemasok. Permasalahan yang akan timbul adalah bisa terhentinya proses terhentinya proses produksi karena ketiadaan bahan baku.

C. Fungsi Pembelian
1. Fungsi bath stock atau lot size inventing
Persediaan berfungsi untuk mengurangi biaya per unit saat produksi maupun pembelian sumber daya. Perusahaan perlu melakukan penghematan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang besar apabila dibandingkan dengan biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko)
Keuntungan dari fungsi ini adalah :
a. Memperoleh potongan harga pembelian
b. Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economics) karena proses produksi yang lebih lama
c. Penghematan biaya angkutan

2. Fungsi decoupling
Persediaan berfungsi untuk memungkinkan perusahaan dalam memenuhi permintaan pelanggan tapa tergantung pada pemasok. Persediaan bahan mentah dimaksudkan agar perusahaan tidak bergantung pada pemasok dalam hal pengadaan kuantitas dan waktu pengiriman.

3. Fungsi antisipasi
Persediaan berfungsi untuk persiapan dalam menghadapi naik turunnya permintaan, terutama yang bisa diperkirakan karena sudah pernah terjadi sebelumnya.selain itu, untuk mengantisipasi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barang pada periode tertentu, perusahaan perlu memiliki persediaan ekstra yang dinamakan safety stocks.

E. Manajemen dan Proses Produksi
Manajemen produksi memiliki tujuan organisasi yang ingin dicapai, yaitu tujuan produksi. Sehingga, manajemen produksi terdiri dari :
1. Perencanaan proses produksi dan perencanaan produk
2. Pengorganisasian proses produksi dan sumber daya serta pengkoordinasian seluruh pelaku produksi
3. Pengarahan terhadap perilaku produksi untuk mengerjakan proses produksi
4. Pengendalian serta pengawasan kegiatan produksi

Proses Produksi
Pada dasarnya proses produksi terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Proses produksi terus menerus (continous)
2. Proses produksi terputus-putus (intermittent)
ASPEK PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

Proses produksi berdasarkan sifatya dibagi menjadi :
a. Proses ekstraktif, yaitu yaitu proses produksi yang mengambil bahan-bahan langsung dari alam.
b. Proses analitis, yaitu proses pemisahan dari suatu bahan mentah menjadi barang dengan bentuk yang menyerupai bentuk aslinya.contoh : penyulingan minyak.
c. Proses fabrikasi, yaitu perubahan dari suatu bahan mentah menjadi barang jadi dengan bentuk yang berbeda dari aslinya. Contoh : pembuatan pakaian dan sepatu.
d. Proses sintesis, yaitu prose produksi dengan menggabungkan bebrapa bahan (zat) menjadi suatu produk. Contoh : pengolahan baja dan gelas
e. Proses perakitan (assembling), yaitu merangkai beberapa bahan untuk dijadikan produk jadi, tanpa mengubah zat atau susunan kimiawi dari bahan baku. Contoh : perusahaan perakitan motor, mobil, komputer.

F. Penyimpanan Produk
Fasilitas penyimpanan, seperti gudang memilikiperan dalam penyimpanan proses distribusi. Warehouse atau pergudangan berfungsi menyimpan barang untuk produksi atau hasil produksi dalam jumlah dan rentang waktu tertentu yang kemudian didistribusikan ke lokal yang dituju berdasarkan permintaan.

Pentingnya penyimpanan produk, antara lain untuk :
1. Memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan
2. Memaksimalkan efisiensi pembelian dan produksi
3. Meminimalkan investasi persediaan
4. Memaksimalkan profit

Biaya –biaya yang timbul dalam mengatur persediaan produk, antara lain :
1. Biaya penyimpanan, terdiri dari : modal, keuangan, asuransi, pajak, pencurian
2. Biaya pemesanan/pembelian, terdiri dari : biaya ekspedisi, telepon, inspeksi, surat, pengepakan
3. Biaya penyiapan, terdiri dari : biaya mesin nganggur, persiapan tenaga kerja, penjadwalan.
4. Biaya kehabisan bahan, terdiri dari : biaya kehilangan penjualan, pemesanan khusus.
Sumber : Hendro. 2010. Kewirausahaan XI

Posting Komentar untuk "ASPEK PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN USAHA"